Buah ketaatan kepada Allah subhanahu wa ta’ala dan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wasallam
Orang yang senantiasa istiqamah di atas ketaatan kepada Allah dan
Rasul-Nya akan meraih sekian banyak kebaikan. Satu kebaikan saling
berkaitan dengan kebaikan yang lainnya. Di antara kebaikan-kebaikan
tersebut adalah:
1. Mendapatkan limpahan kasih sayang Allah subhanahu wa ta’ala
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman (artinya),
“Dan taatilah Allah dan Rasul, pasti kalian diberi rahmat.” (QS. Ali-‘Imran: 132)
“Ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya merupakan salah satu sebab diraihnya rahmat (kasih sayang) Allah.”
Rahmat Allah subhanahu wa ta’ala merupakan kunci utama bagi seseorang untuk merasakan kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.
2. Mendapatkan hidayah
Allah subhanahu wa ta’ala akan memberikan hidayah kepada orang-orang
yang dikehendaki-Nya. Tentu, orang yang dirahmati oleh-Nya sajalah yang
akan mendapatkan anugerah besar ini. Mereka itulah yang senantiasa
menjaga ketaatan kepada Allah subhanahu wa ta’ala dan Rasul-Nya
shallallahu ‘alaihi wasallam, sebagaimana dalam ayat-Nya (artinya),
“Dan jika kalian taat kepadanya (Nabi Muhammad), niscaya kalian mendapat hidayah (petunjuk).” (QS. An-Nur: 54)
Yaitu hidayah (petunjuk) menuju ash-Shirath al-Mustaqim (jalan yang
lurus), baik (petunjuk untuk) berkata maupun beramal. Tidak ada jalan
bagi kalian untuk mendapatkan hidayah kecuali dengan menaati beliau
shallallahu ‘alaihi wasallam. Tanpa ketaatan kepada Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam, maka tidak mungkin bahkan mustahil untuk
mendapatkan hidayah. (Lihat Taisir al-Karimir Rahman).
3. Meraih kemenangan besar
Sebagaimana di dalam firman-Nya (artinya),
“Dan barang siapa yang menaati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya
ia telah mendapat kemenangan yang besar.” (QS Al-Ahzab: 71)
Kemenangan yang besar ialah dengan dimasukkan ke dalam al-Jannah yang
luasnya seluas langit dan bumi. Allah subhanahu wa ta’ala sediakan
al-Jannah bagi orang-orang yang menaati-Nya dan menaati Rasul-Nya. Allah
subhanahu wa ta’ala berfirman (artinya),
“Dan barangsiapa yang
taat kepada Allah dan Rasul-Nya, niscaya Dia akan memasukkannya ke
dalam al-Jannah yang mengalir di dalamnya sungai-sungai, sedang mereka
kekal di dalamnya, dan itulah kemenangan yang besar.” (QS. An-Nisa’: 13)
4. Dikumpulkan bersama para nabi, para shiddiqin, syuhada’, dan shalihin
Al-Jannah itu bertingkat-tingkat. Penduduknya akan menempati tingkatan
al-Jannah sesuai dengan kadar keimanan dan ketakwaannya. Semakin tinggi
dan sempurna keimanan serta ketakwaan seorang hamba, semakin tinggi pula
tingkatan al-Jannah yang akan dia tempati.
Sudah pasti bahwa
tingkatan al-Jannah yang paling tinggi ditempati oleh hamba-hamba-Nya
yang paling mulia. Mereka itulah para Nabi, para shiddiqin (orang-orang
yang sempurna pembenaran dan keimanan mereka terhadap syariat yang
dibawa oleh Nabi), para syuhada’, dan orang-orang shalih. Bersama
merekalah orang-orang yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya akan
dikumpulkan di al-Jannah nanti. Hal ini sebagaimana firman-Nya
(artinya),
“Dan barangsiapa yang menaati Allah dan Rasul (Nabi
Muhammad), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang
dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu para nabi, para shiddiqin, para
syuhada’, dan orang-orang soleh. Dan mereka itulah teman yang
sebaik-baiknya.” (QS. An-Nisa’: 69)
Para pembaca
rahimakumullah. Ayat ini juga mengingatkan kita akan do’a yang
senantiasa kita panjatkan ketika membaca surah al-Fatihah (artinya),
“Tunjukilah kami ash-shirath al-mustaqim (jalan yang lurus). (Yaitu)
jalan orang-orang yang telah engkau anugerahkan nikmat kepada mereka,
bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang
sesat.” (QS. Al-Fatihah: 6-7)
Jalan yang lurus (ash-shirath
al-mustaqim) adalah jalannya orang-orang yang telah dianugerahi nikmat
oleh Allah. Siapakah mereka itu? Pembaca bisa lihat dalam surah an-Nisa’
di atas, yaitu jalannya para nabi, para shiddiqin, para syuhada’, dan
orang-orang soleh.
Siang dan malam senantiasa kita panjatkan
doa tersebut dalam shalat kita. Sehingga agar doa kita tersebut
dikabulkan oleh Allah subhanahu wa ta’ala, maka hendaknya kita berusaha
semaksimal mungkin untuk selalu menaati Allah subhanahu wa ta’ala dan
Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam seluruh sisi kehidupan
kita, baik dalam hal aqidah, ibadah, mu’amalah, maupun akhlak. Semoga
Allah menjauhkan kita dari golongan yang dinyatakan oleh Nabi
shallallahu ‘alaihi wasallam,
“Dan barang siapa yang bermaksiat (tidak taat) kepadaku, maka dialah orang yang enggan (yakni enggan masuk al-Jannah, pen.).”
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman (artinya),
“Dan barang siapa bermaksiat (mendurhakai) Allah dan Rasul-Nya dan
melanggar ketentuan-ketentuan-Nya, niscaya Dia akan memasukkannya ke
dalam an-Nar, sedang dia kekal di dalamnya, dan baginya siksa yang
menghinakan.” (QS. An-Nisa’: 14)
"Sesungguhnya
shalat yang paling berat dilaksanakan oleh orang-orang munafik adalah
shalat Isya dan shalat Subuh. Sekiranya mereka mengetahui keutamaan
keduanya, niscaya mereka akan mendatanginya sekalipun dengan merangkak."
(HR. Bukhari dan Muslim)
"Barangsiapa yang shalat Isya
berjama’ah, maka seolah-olah dia telah shalat malam selama separuh
malam. Dan barangsiapa yang shalat Subuh berjamaah, maka seolah-olah dia telah shalat seluruh malamnya." (HR. Muslim)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar